Dampak Pacaran
Dampak pacaran dapat dibagi menjadi dua bagian, yakni dampak positif dan negatif. Dari dua dampak tersebut yang paling banyak adalah dampak negatifnya. Dampak positifnya sangat sedikit. Kalu dibandingkan tampak seperti perbedaan gunung dengan kerikil. Karena itu, dampak positif tidak perlu dijelaskan. Di bawah ini akan dijelaskan dampak negatif pacaran.
1. Perzinaan
Zina merupakan perbuatan yang harus ditinggalkan oleh semua orang karena perkara ini merupakan perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk. Allah melarang hamba-Nya mendekati zina apalagi melakukannya. Firman Allah, " Dan janganlah kamu dekati zina, sesungguhnya zina itu adalah sesuatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk". ( Al-Isra : 32 ).
Pacaran mengajak pelakunya terjun bebas ke lembah perzinaan. Mulai dari zina mata, zina telinga, zina lidah, zina tangan, zina hati, hingga zina kelamin. Zina kelamin merupakan puncak dari bermacam-macam zina tersebut. Sabda Nabi Saw. " Sesungguhnya Allah telah menetapkan atas anak Adam bagian dari zina. Ketetapan itu pasti mengenainya, tidak boleh tidak. Maka zina kedua mata adalah melihat, zina lisan adalah berbicara, dan zina hati adalah berangan-angan dan berhasrat. Kemaluan kemudian membernarkan dan mendustakan semua itu." ( HR. Abu Daud )
Zina mata dalam pacaran terjadi melaui pandangan. Kita semua mengetahui bahwa setiap orang yang berpacaran selalu melibatkan pandangan. Maka dari itu, seseorang yang memandang sang pacar atau sebaliknya atau saling memandang, tentu saja diselimuti nafsu atas nama cinta suci, berarti matanya telah berzina.
Zina telinga dalam pacaran terjadi melalui pendekangan. Seseorang yang mendengakan perkataan-perkataan atau suara -suara yang membangkitkan birahi maka disitulah letak zina telinga.
Zina lidah dalam pacaran terjadi melalui pekerjaan lidah. Seseorang yang pacaran yang mengucapkan kata - kata yang membangkitkan birahi atau saling bersentuhan lidah atau saling berciuman berarti lidahnya telah berzina.
Zina tangan dalam pacaran terjadi melalu sentuhan, rabaan dan rangkulan. Kita tahu setiap orang yang berpacaran selalu ingin bersentuhan. Dengan memegang, meraba, merangkul berarti tangan telah berzina.
Zina kaki dalam pacaran terjadi melalui aktivitas melangkah. Seseorang yang melangkahkan kakinya menuju tempat sang pacar atau sebaliknya atau saling mendatangi dengan maksut berpacaran maka hal itu berarti kakinya telah berzina.
Zina hati dalam pacaran terjadi melalui angan-angan atau khayalan. Siang terkenang malam terbayang. Hati selalu merdindukan sang pacar. Pikiran melayang memabayangkan sang pacar. Hati dan pikiran membayangkan berpelukan, berciuman, dan bersetubuh dengan pacar. Kalau sudah seperti ini maka hati telah berzina.
Zina kelamin adalah terminal terakhir. Bermula dari zina kecil dan berakhir dengan persetubuhan. Persetubuhan pertama mendorong pelakunya untuk mengulangi perbuatan tersebut. Dorongan untuk melakukannya secara berulang-ulang merupakan tabiat kemaksiatan. Dimana maksiat yang satu mendorong maksiat yang lain.
Celakanya semua itu dilakukan atas nama cinta suci. Seorang gadis yang menyerahkan mahkotanya kepada sang pacar menyebutnya sebagai bukti cinta. Anggapan yang bukan hanya keliru, namun telah tertipu oleh tipu muslihat setan. Setan telah menjerumuskan mereka ke dalam lembah hitam dan berlumpur. Mendorong mereka kedalam kubang dosa besar.
Dalam realitasnya, perzinaan tersebut banyak yang berakhir dengan kehamilan. Kendati demikian ada pula yang tidak sampai hamil karena menggunakan obat-obatan atau alat kontrasepsi tertentu. Ketika semua itu terjadi maka di tempuhlah beberapa alternatif, menikah, menggugurkan, atau membiarkan. Apabila si cewek tidak mau menggugurkannya karena naluri keibuannya lebih dominan, sementara si cowok tidak mau bertanggung jawab maka polisi dilibatkan dan akhirnya penjara menjadi tempat tinggal si cowok. Sementara pada saat yang sama si cewek menangisi nasibnya yang malang, menghidupi anak yang tak kenal siapa ayahnya, siang dan malam banting tulang mencari nafkah, si cowok yang dengan enaknya hidup dalam penjara makan dan minum tanpa bekerja.
2. Prestasi Anjlok
Sebagian orang beranggapan pacaran dapat meningkatkan prestasi. Anggapan semacam itu bertentangan dengan logika dan kenyataan. Bagaimana mungkin prestasi seseorang dapat meningkat bila sebagian besar pikiran dan perasaannya terkonsentrasi pada sang pacar. Bagaimana pula bisa belajar dengan baik sementara sebagian besar waktu dan potensi yang dimiliki dihabiskan dengan sang pacar.
Izinnya kepada orang tua belajar kelompok, ternyata setelah ketemu pacar bukannya pekerjaan rumah yang diselsaikan namun bercerita, bercanda, bercinta, dan bermesraan. Ketika malam minggu tiba bukannya diganakan untuk melakukan pengulangan atau pendalaman materi atau kegiatan lainnya yang bermuara pada peningkatan kualitas diri, namun hanya dimanfaatkan untuk apel mingguan kerumah sang pacar.
Karena itu, pacaran bukannya membuat prestasi menjadi meningkat, tapi justru menyebabkan prestasi menurun. Karena sebagian potensi berupa waktu, konsentrasi, fokus, pikiran, semangat, dan sebagainya tersita pada sang pacar.
3. Pergaulan Sosial Terbatas
Setelah berpacaran, pergaulan sosial seseorangg biasa menjadi terbatas. Orang tersebut menjadi manusia yang tidak bebas dan merdeka. Sebagian sikapnya dipengaruhi oleh sang pacar. Kebebasan yang ia miliki menjadi berkurang. Hubungan dengan orang lain menjadi renggang. Jika sebelumnya ia bebas dan akrab bersahabat dengan siapa saja maka setelah punya pacar keakraban menjadi terbatas.
Mau kenalan atau berkenalan dengan orang lain harus ada persetujuan dari sang pacar. Mau ikut organisasi harus izin sang pacar. Mau keluar kota ketemu saudar-saudara, sanak famili harus lapor dulu. Mau jumpa kawan lama harus mendapatkan persetujuan pacar. Apalagi kalau sang pacar tidak ingin bergaul dengan yang lain kecuali teman-teman yang ia kenal. Akrab dengan sahabat lama dicemburui. Jalan bareng dengan paman dikira pacar baru. Berjalan dengan sepupu dicurigai. Pokoknya mau kemana-mana, mau berteman dengan siapa, aktif dimana, semuanya harus izin sang pacar. Akhirnya pergaulan menjadi terbatas.
4. Kebebasan dan Kemerdekaan Pribadi Berkurang.
Waktu dan ruang untuk prifasinya menjadi berkurang. Karena sebagian besar kesempatan itu telah dipergunakan dengan pacar. Ia tidak bebas lagi menentukannya sendiri. Apa saja yang mau dibuat harus izin dari sang pacar. Ia tidak bebas lagi menyalurkan hobi. Ia tidak bebas lagi beraktifitas. Akhirnya ia tidak mampu menemukan potensi terbesar dirinya. Ia menjadi manusia yang tidak merdeka.
Ketika pacaran, sebagian besar kemerdekaan seseorang terampas. Penampilannya bukan lagi ditentukan oleh dirinya melainkan menurut selera sang pacar. Perasaan dan cara pandangnya sangat dipengaruhi oleh sang pacar. Ia tidak dapat berbuat sesuai dengan seleranya. Dirinya bukanlah seperti dirinya yang sebenarnya, namun telah teralienasi persepsi sang pacar. Ia menjadi boneka. Ia bukan lagi dirinya yang sesungguhnya. Ia adalah bayangan sang pacar. Ekspresi dirinya telah diformat sang pacar. Ia tidak merdeka lagi dalam menentukan tindakannya sendiri, tidak bebas lagi dalam mengambil sikap dan keputusan. Perasaan cintanyalah yang mendominasi. Manakala ia tidak melakukan sesuai dengan keinginan sang pacar maka konflik akan muncul bahkan bisa dianggap tidak cinta lagi, tidak sayang lagi.
5. Pemborosan Waktu
Waktu yang merupakan nikmat Allah, yang akan dipertanggung jawabkan kelak, telah digunakan untuk perkara yang sia - sia. Waktu yang ada menjadi tidak produktif Waktu yang seharusnya digunakan untuk hal yang bermanfaat hanya digunakan untuk perkara yang tidak berguna.
Padahal penggunaan waktu merupakan rahasia sukses. Waktu tersebut dapat digunakan untuk membaca buku. Namun karena otak dipenuhi oleh bayangan sang pacar maka bukan buku yang dibaca, tetapi surat cinta. Surat cinta telah menggantikan pelajaran dan membaca Al-Qur'an. Hampir seluruh waktu yang dimiliki telah ada jadwal khusus. Misalnya, malam minggu digunakan untuk apel, kebioskop nonton bersama. Minngu pagi kepantai bersama pacar. Ke sekolah lebih pagi dan pulang lebih akhir.
Sebagian orang beranggapan, pacaran pada dasarnya merupakan sarana membuang waktu secara efektif. Karena banyak waktu yang terbuang hanya untuk memenuhi selera perasaan. Setan memang cerdas memperdaya manusia karena hal itu merupakan profesinya.
6. Pemborosan Uang
Uang dalam pacaran dibutuhkan untuk beberapa keperluan. Salah satu diantaranya adalah untuk keperluan oprasional hubungan. Menyangkut siapa yang menanggung biaya tersebut sifatnya relatif, bisa pria, bisa pula wanita, atau keduanya. Kendati demikian lazimnya yang menjadi donatur hubungan adalah pria. Karena sang pria akan selalu mengupayakan agar di dompetnya selalu ada uang.
Celakanya, ada mahasiswa yang mendapat amanah dari orang tua untuk belajar, uang kiriman digunakan untuk kebutuhan pacaran. Bagi pelajar, uang yang ada di saku dirasa tidak cukup maka sambil merengek-rengek pada orang tua, kakak, paman, tante , atau nenek diminta ditambah. Kadang-kadang ditambahkan sedikit dusta, belum lagi untuk keperluan rokok dan sebagainya.
Untuk orang kaya menghamburkan uang mungkin tidak masalah, tetapi di sisi lain mereka menjadi manusia yang tidak peduli kepedulian sosial. Dimana-mana banyak tangan yang tengadah, panti asuhan banyak yang bubar. Sementara mereka berfoya-foya untuk keperluan melanggar aturan Allah.
7. Konflik
Konflik tidak dapat dihindari dalam pacaran. Konflik dalam pacaran merupakan sesuatu yang pasti ada. Kalau ada orang yang mengatakan bahwa tidak ada konflik dalam pacaran atau pacaran menjadi media menghindari konflik adalah orang yang dusta.
Penyebab konflik bermacam-macam. Ada konflik yang lahir karena individu itu sendiri, ada yang lahir karena frustasi, ada pula yang lahir dari rahim hubungan cinta. Konflik tersebut bisa mengarah ke arah yang positif misalnya lebih mendewasakan diri setelah putus hubungan, bisa juga mengarah ke arah negatif, contohnya jadi sering melamun menghabiskan waktu sia-sia atau nge-drug.
Konflik muncul karena keinginan tidak dipenuhi. Misalnya ia ingin sang pacar tidak berhubungan lagi dengan pacar lamanya, namun karena sang pacar tetap melakukanya maka di situ muncil konflik. Melihat sang pacar berjalan dengan orang yang belum dia kenal maka rasa curiga mulai menghampiri. Ia harus secepatnya minta konfirmasi. Jika sang pacar tidak bisa menjelaskan dengan baik maka kecurigaan semakin menjadi-jadi. Akhirnya perasaan tertekan, stress, merasa dihianati , dan seterusnya mengemuka. Hubungan mulai merenggang, kepercayaan pelan, tapi pasti berganti dengan kemerahan, stock rasa cinta pelan-pelan susut bahkan berubah menjadi benci.
Bagi mereka yang terlanjur berzina dan mengakibatkan sang pacar hamil maka si cewek menuntut sang cowok dan keluarganya untuk bertanggung jawab, akan tetapi bila mereka tidak mau bertanggung jawab maka konflik yang muncul bukan hanya melibatkan orang tua dan sanak famili. Antar keluarga maka polisi dilibatkan. Tentang konflik ini, masih banyak lagi contoh-contoh yang dapat ditemui disekitar kita.
8. Fitnah
Pacaran sangat berpotensi memunculkan fitnah bagi pelakunya, tidak terkecuali bagi sanak keluarga apalagi kedua orang tua. Dilingkungan keluarga yang sebagian besar anggotanya masih memegang teguh ajaran agama atau adat kebiasaan terutama terkait dengan adab pergaulan antara laki-laki dan perempuan, perilaku pacaran di kategorikan sebagai pelanggaran dan aib.
Dalam prosesnya, apabila hubungan cinta diantara keduanya karena satu dan lain sebab berbuah pertengkaran, pertikaian yang berakibat stres dan frustasi, yang pada akhirnya melakukan perbuatan yang tidak senonoh atau mungkin mengakhiri hidupnya dengan cara yang bodoh, atau melakukan kekerasan terhadap pacar dan seterusnya maka pintu fitnah lebih menganga. Apabila hubungan cinta tersebut berbuah kehamilan. Hal ini mengakibatkan pintu fitnah menjadi lebih besar.Tentu saja sebagian masyarakat akan bertanya, siapa orang tuanya, marganya apa, sanak keluarganya siapa saja, dan seterusnya. Akhirnya yang menuai fitnah bukan hanya dirinya sendiri, namun melibatkan seluruh orang yang dekat dengan diri mereka bahkan lebih jauh dari itu bisa saja menodai kehormatan nilai-nilai dan mencedirai simbol-simbol agama.
9. Kebahagiaan Rumah Tangga Terganggu
Setiap kisah percintaan dalam pacaran meninggalkan kenangan yang sulit dilupakan. Apalagi kenangan cinta pertama alias cinta monyet. Setiap kenangan meninggalkan kesan yang mendalam. Setiap kesan yang mendalam akan tersetak dalam memori dengan kuat. Dan untuk mengingatnya sangat mudah karena melibatkan aspek perasaan, pikiran, dan fisik.
Celakanya dalam situasi di mana suami atau istri tidak ada di rumah, misalnya keluar kota dan dalam waktu yang bersamaan bertemu dengan mantan pacara maka rekaman kenangan masa lalu akan hadir kembali. Dalam situasi semacam ini peluang untuk berzina sangat terbuka. Apalagi kualitas keimanan di antara keduanya berada di bawah titik nadir, ditambah lagii dengan informasi pembangkit birahi selalu dikonsumsi setiap hari.
Apabila hal semacam ini terjadi maka kehidupan suami istri tersebut bisa dipastikan tidak akan harmonis lagi. Bangunan kebahagiaan yang di idam-idamkan menjadi hancur berantakan, diporak-porandakan oleh suasana yang semakin tidak kondusif. Mungkin saja seorang istri, secara lahirnya selalu hadir di depan suami atau sebaliknya, akan tetapi pikirannya terbang melayang menuju mantan pacar. Bayangan mantan pacar dan segala kenangannya memenuhi ruang batinnya sehingga sewaktu-waktu perzinaan tersebut mungkin saja dilangsungkan kembali. Naudzubillah min dzalik.
Itulah beberapa dampak negatif dari pacaran, maka jauhilah. Dekatkan diri kepada Allah Swt, semoga kita digolongkan sebagai orang-orang yang beriman. Aamiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar